Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Refleksi Ibnu Athaillah As Sakandari 19

Refleksi Ibnu Athaillah As Sakandari 19 : 

  • Pondasi Spiritual


من علامة النجاح في النهايات الرجوع الي الله في البدايات 

Sebagian tanda sukses di terminal akhir adalah  berpijak kepada Allah pada Awal berproses


من اشرقت بدايته اشرقت نهايته 

Jika startnya gemilang, Endingnya gemilang

Tujuan manusia adalah sampai di tempat yang dituju untuk berjumpa Allah (وصول الي الله). Syarat mutlak menuju tujuan ini adalah memulai perjalanan spiritual dengan pondasi yang kokoh, yaitu mengembalikan segala usaha kepada Allah, berserah diri padaNya Dan memohon perlindunganNya.


Pondasi Spiritual ini akan memandu Dan menunjukkan jalan menuju tujuan dengan sukses Dan IA Selamat Dari keterputusan (انقطاع) dalam perjalanan menuju ke hadirat Allah Yang Maha Benar.


Orang yang menganggap dirinya mampu sampai kepada Allah tanpa Allah, maka perjalannya pasti terputus sehingga Tidak bisa sampai kepada Allah. Orang yang minta tolong untuk beribadah kepada Allah dengan dirinya sendiri, maka IA dibebani dirinya sendiri Dan jiwanya terputus dari Allah. Maka, seyogianya Hamba Allah menjadikan Allah sebagai pijakan seluruh amalnya Dan Tidak melihat sama sekali kekuatannya sendiri. Inilah pondasi dalam merambah jalan menuju Allah.


  • Good Start


Permulaan yang baik dibuktikan dengan memanfaatkan waktu yang Ada dengan berbagai macam kepatuhan kepada Allah Dan wirid supaya di akhir perjalanan mendapat cahaya, pengetahuan, Dan dibersihkan Dari kotoran yang menghalangi manusia dengan Allah. IA Tidak boleh bermalas-malasan, kurang semangat, Dan pasif dalam berpikir Dan bergerak menebarkan kemanfaatan bagi diri Dan orang lain. Ijtihad dalam pengertian totalitas usaha dengan mencurahkan kemampuan terbaik Harus dilakukan sebagai langkah Awal menuju ke hadirat Allah.


فمن كان قليل الاجتهاد في بدايته لم يحصل له اشراق في نهايته 

Maka, orang yang permulaannya kurang  bersungguh-sungguh, maka di akhir prosesnya IA Tidak mendapatkan kecermelangan.


  • Happy Ending


Manusia ingin mendapat kegembiraan spiritual saat mengakhiri hidupnya yang dikenal dengan istilah حسن الخاتمة. Meskipun banyak celaan Dan cercaan manusia dalam mengarungi kehidupan, namun IA tetap konsisten menegakkan kebenaran yang diyakini dalam rangka menggapai ridla Allah.


Kisah hidup KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah Inspirasi setiap insan. Tokoh yang dikenal pejuang demokrasi, pembela kaum minoritas, Dan tokoh pluralisme ini wafat dengan harum. Pemikiran Dan aksi cemerlangnya sampai sekarang masih menjadi diskursus hidup yang mampu menjembatani ketegangan antar kelompok di negeri ini.


Prestasi tersebut ditambah dengan bukti nyata yang sulit dibantah: makamnya yang bersandingan dengan Makam Kakeknya Hadlratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari Dan ayahnya KH. Abdul Wahid Hasyim terus dikunjungi seluruh Anak negeri untuk mendoakannya setiap saat.


Meskipun dalam perjalanan hidupnya Gus Dur mendapatkan cacian, cemoohan, Dan stigma sesat Dari berbagai kelompok, namun Hal itu Tidak menyulutkan langkahnya dalam membumikan Islam Rahmatan Lil Alamiin yang mengayomi Dan melindungi sesama makhluk Allah.


Kunci kesuksesan Gus Dur adalah pondasi Amal yang sejak awal mendasarkan seluruh perilaku hanya kepada Allah, Tidak mencari pujian, kedudukan, Dan motif duniawi lainnya. Keridlaan Allah menjadi tujuan hidup yang dibuktikan dengan konsisten mencintai Dan menyayangi sesama dengan penuh ketulusan tanpa pamrih.


Kebaikan Gus Dur justru baru ditampakkan Allah ketika beliau sudah meninggal. Intensitas berdzikir kepada Allah, sedekah yang diberikan kepada orang-orang Tidak mampu Dan yang membutuhkan, penghormatannya kepada para Ulama, Dan rahasia pemikiran Dan aksi kontroversinya yang bertujuan melindungi umat Islam Dan bangsa adalah fakta yang mengemuka setelah Gus Dur wafat.


Prediket حسن النهاية atau حسن الخاتمة (akhir yang baik - happy ending) didapatkan Gus Dur karena حسن البداية (baik permulaannya). Gus Dur mengembalikan segala sesuatu kepada Allah, berijtihad secara maksimal dalam berpikir, berkarya, Dan berjuang di tengah masyarakat Dan bangsa dalam membumikan ajaran Allah dengan karakter Rahman Dan Rahim.


Allah membalas Gus Dur dengan dicintai umat Dan bangsa, cinta hakiki yang tulus lahir Dari sanubari yang paling dalam. Mereka Dari berbagai penjuru daerah mengunjungi Makam Gus Dur untuk mendoakannya, mengenang perjuangannya, Dan meneladani dedikasinya untuk bangsa Dan umat manusia.


  • Legacy


Kisah hidup Gus Dur mengajarkan kepada Kita bahwa orang besar yang mencorong atau cemerlang akhir episode hidupnya (اشرقت نهايته) adalah orang yang mampu meninggalkan legacy (warisan, tinggalan) buat generasi umat manusia. Indikator ini mutlak adanya sehingga saat IA wafat, legacy Nya masih terus menebarkan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi umat manusia, baik dalam Bidang keilmuan, peradaban, Ekonomi,  sosial kemasyarakatan Dan kemanusiaan.


Doktrin Ibn Athaillah di atas mendorong Anak bangsa ini untuk meluruskan niat hanya menggapai ridla Allah Dan meneguhkan komitmen ketuhanan-kemanusiaan dalam seluruh episode hidupnya. Pondasi inilah yang kemudian diisi dengan totalitas perjuangan di garis yang diterapkan Allah sepanjang hayat masih di kandung badan.


Legacy intelektual Dan sosial akan lahir Dari proses panjang ini. Dua legacy ini akan dikenang sepanjang zaman. Legacy intelektual berupa karya dalam bentuk kitab, buku, Dan sejenisnya. Sedangkan legacy sosial dalam bentuk perjuangan riil di tengah masyarakat, baik dalam Bidang pendidikan, Ekonomi, sosial, Dan kemanusiaan.



Semoga Allah menunjukkan kepada Kita jalan kesuksesan hidup menuju ke hadiratNya, Amin !!!

Posting Komentar untuk "Refleksi Ibnu Athaillah As Sakandari 19"